Tulisan dan foto di blog ini bebas didownload, namun untuk penggunaan kembali hanya dibebaskan untuk kepentingan non-komersial dengan mencantumkan alamat sumber tulisan/foto. Hormati karya cipta!.

Rabu, 26 Juni 2013

Jalan-Jalan Sehari di Bandung

Air terjun Omas Maribaya, air yang biasanya bening menjadi keruh karena longsoran

Pesawat dodol! Masak aku harus cek jam 3 pagi di Bandara Soekarno Hatta pula... Ini bikin acara mau nyasar ke Bandung sehari malem jadi susah. Akhirnya setelah merenung dan bertapa di kamar mandi hotel (istilah gak kerennya b**l), aku putuskan untuk tetap berangkat ke Bandung hari Jum'at pagi dan balik tengah malem.  Dihitunganku sih lumayan bisa dapet spot banyak, minimal spot-spot seputaran Bandung. Denger-denger kan banyak tuh yang menarik, dari kawasan Cibaduyut, Trans Studio, kawasan kerajinan, neng geulis... uppsss (dijitak bini pake odol).. Asli aku belum pernah menginjakkan kaki di kota Bandung. Dulu pas sekali kesana itu juga cuma nyampe stasiun doang gara-gara kesasar naik kereta api dari Solo Balapan. Bukannya naik jurusan Jakarta eh malah naik jurusan Bandung. Sebenarnya banyak juga temen yang tinggal di Bandung tapi demi misi kesasar, aku rela tidak menghubungi mereka. Kan gak keren kalau kesasar tapi minta diantar. Rencana sih mau sholat Jum'at ke masjid Salman ITB baru muter-muter kemana aja asal masih namanya Bandung.
View pepohonan cemara dari bukit batu Patahan Lembang
Tapi sayangnya aku baru berangkat jam 9, udah telat banget (berdoa moga-moga orang Jakarta gak pada berangkat cepet-cepet ke Bandung) bisa-bisa cuma menikmati macet. Untung Niken, sang pemandu by sms (thanks ya Nik, mau aku repotin diantara waktu kerja) kasih tau buat naik travel Cipaganti buat ke Bandung. Lebih cepet, katanya, sekitar dua jam-an udah nyampe. Dari tempatku di Pramuka, travel terdekat ya daerah Cawang, turun di depan Wisma BNN dilanjut angkut ke pool Cipaganti. Aku pikir langsung bisa berangkat ternyata harus beli tiket dulu dan nunggu kendaraan sesuai jam (ketahuan banget dari kampung nih). Untung kendaraan jalan tiap setengah jam, sehingga satu jam kemudian aku dah bisa naik travel. Perjalanan ke Bandung emang cepet pake travel, karena masuk dari satu tol ke tol lain. 
Gak pakai tidur, mata melek aja tuh sepanjang jalan. Jam satu kemudian travel nyampe juga di Bandung, dan turun di Pasteur. Masih bingung bacanya, waktu petugas travel bilang Pasteur kedengeran kayak Panser, kirain daerahnya angkatan darat yang pake kendaraan panser. (korek telinga pake linggis.
Hawa Bandung ternyata lumayan sejuk (iya lah, lagi mendung). Tanya-tanya ke security di pool Cipaganti, katanya kalau mau ke THR Juanda harus ganti angkot empat kali. Whaattsss!!! Niken bener-bener pengen aku nyasar ya.. empat kali ganti angkot tanpa tahu berapa jarak masing-masing ditambah kayaknya jalanan padet begini. Mau jam berapa sampai THR Juanda. THR Juanda ini yang milihin ya Niken, karena katanya aku gak cocok di kota cocoknya di hutan, lagian di sana ada air terjun Maribaya bisa buat latihan loncat indah.
Akhirnya aku milih naik ojek aja ke sana. Dengan ongkos 40rebu akhirnya aku diantar naik motor (ini karena Niken mikir kelamaan waktu ditanya jalur angkot ke arah sana, katanya jarang naik angkot). Tapi aku bersyukur pake ojek, nanti setelah muter-muter disini baru tahu walau jaraknya dekat sering kali harus naik angkot beberapa kali karena di Bandung banyak yang jalannya searah. Gebleknya itu tukang ojek juga gak terlalu paham. Aku nyaris dikesasarkan ke arah mana aku juga gak tau. Untung aku lihat papan penunjuk jalan warna ijo gede. Aku yang kasih tau "Akang, salah jalan deh kayaknya, bukan belok sini tapi tetep lurus tuh". Untungnya orang Sunda gak ngototan ya, dia milih minggir dan minta aku nanya ke orang di deket situ.

Taman Hutan Raya Juanda

Jembatan untuk melihat curug Omas Maribaya
Ternyata Taman Hutan Raya (THR) Juanda itu sudah dibangun lama, berada di lembah patahan Lembang. Dan seperti biasa, kawasan seperti ini di sepanjang jalan mulai banyak villa dibangun. Ini pasti kerjaan orang Jakarta tuh, udah penuh tanah di Jakarta mulai  ekspansi di sini.
Tiket masuk ke THR ini 10rebu tambah jasa asuransi 500 rupiah. Karena belum makan siang, aku cari makan siang dahulu di warung deket sini. Banyak yang lagi tutup gak tau kenapa, sehingga aku masuk ke salah satu warung di bagian pojok. Sayangnya waktu aku mau nitip tas tenyata ibu penjualnya udah mau tutup. Akhirnya aku bisa menitipkan tas backpack ke salah satu warung dipinggir pintu masuk, yang emang biasanya tidur di dalem situ. Lumayan bisa patah bahuku kalau harus bawa itu tas, maklum itu semua barang buat jalan dari Kupang ke Jakarta aku bawa semua (masak nginep mahal-mahal di hotel cuma buat nitip tas, gak keren banget kan). 
Taman hutan di THR Juanda
Hutan ini cukup luas untuk sebuah taman, tapi cukup mini untuk sebuah hutan. Katanya THR ini sekitar 52 hektar (kalau salah berarti aku dapet informasi sesat). Banyak obyek yang bisa dikunjungi disini baik obyek asli maupun obyek buatan. Yang asli seperti air terjun ada beberapa seperti air terjun Lalay, beberapa air terjun kecil dan yang paling besar air terjun Omas Maribaya (semua air terjun ini disini dikenal dengan nama curug). Lalu juga ada gua Jepang dan gua Belanda. Taman bermain untuk anak-anak dan keluarga dan olahraga-olahraga alam juga ada. Tapi tentunya yang paling dituju adalah panorama alam hutan Juanda-nya.
Rasanya gak mungkin sehari ini aku bisa menghabiskan seluruh obyek disini, jadi aku harus memilih obyek yang sudah kutarget. Akhirnya aku memilih obyek yang paling ujung, yaitu air terjun Maribaya yang berjarak sekitar 5km dari pintu masuk. 
Dari pintu masuk, suasana hutan yang rindang langsung menyapa. Begitu melewati jembatan kecil aku langsung berbelok ke kanan ke arah curug Omas Maribaya. Beberapa ratus meter perjalanan awal jalannya masih besar, di beberapa titik ada bangunan-bangunan tempat orang berjualan tapi semuanya sepi. Ternyata dari informasi, hutan ini baru dibuka kembali minggu ini setelah sebelumnya ditutup beberapa hari akibat longsor besar yang terjadi di beberapa titik yang memutuskan beberapa jalur. Ini terjadi akibat hujan yang mengguyur kencang seharian Rabu minggu kemarin. 
Suasana hutan yang rindang di curug Omas Maribaya
Dalam perjalanan menuju curug Omas Maribaya, aku singgah sebentar ke gua Belanda. Kebetulan karena terletak di pinggiran jalur jalan. Sebuah lubang yang cukup tinggi menembus dari sisi bukit ke sisi bukit disebelahnya. Hal ini tampak jelas, karena lorong besar ini tampak cahaya di ujungnya. Berbeda sekali dengan gaya gua Jepang yang dibangun pendek dengan bentuk berliku-liku. Ternyata aku ketinggalan senter, sehingga mau gak mau aku harus menyewa senter dari orang-orang yang menyewakan senter. Mereka menanyakan kalau aku ingin dipandu. Karena aku hanya ingin sambil lewat aku menolak untuk dipandu. Ternyata memasuki gua Belanja suasana seperti masuk ke dalam lubang penambangan. Di sepanjang jalan ada dua rel besi seperti tempat untuk kereta. Lampu-lampu juga tampak terpasang. Disepanjang jalan terdapat cabang-cabang lorong yang memancing keingintahuan untuk dimasuki. Tapi aku menahan diri karena waktu yang tidak banyak.
Beberapa ratus meter setelah keluar dari gua Belanja jalan setapak tampak hilang berganti gundukan tanah, namun pohon-pohon telah dibersihkan sehingga tetap dapat dilewati. Kondisi seperti ini ada di beberapa tempat, sebagian sudah dapat dilewati khususnya motor namun beberapa masih sulit dilewati karena kondisi longsoran yang cukup parah. Seperti yang sudah aku jelaskan di depan. Hutan raya ini terletak dibawah lereng patahan Lembang yang sempit sehingga di kanan kiri hutan adalah tebing-tebing. Kalau tidak ada longsoran sebenarnya suasananya jalannya cukup bagus, setidaknya bisa digunakan untuk gowes (bersepeda).
Air terjun Omas Maribaya dari jembatan
Di tempat pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan tempat penangkaran rusa tidak dapat aku lalui karena longsoran disana sudah memutuskan jalur jalannya dan perbaikan kembali belum sampai kesana sehingga aku hanya bisa memperhatikan dari kejauhan saja. 
Di beberapa ratus meter mendekati curug Omas Maribaya, longsoran besar memutuskan jalur jalan. Untung masih ada jalan di pinggir sungai yang masih bisa dilewati.
Akhirnya perjalananku terbayar di depan curug Omas Maribaya. Air yang deras terjun dengan kuatnya ke bawah. Di atasnya terdapat jembatan besi kecil memanjang menyeberangi curug ini. Disekitar air terjun ini ada beberapa bangunan tempat makan dan bersantai. Suasanannya sungguh rindang. Untuk bisa memotret air terjun Omas Maribaya aku harus ke arah jembatan yang di bawah. Air terjunnya sangat kencang, bahkan kadang tempias airnya jauh melebihi tinggi air terjun itu sendiri. 
Dibawah jembatan aku berdiri untuk memotret air terjun ada percabangan sungai dengan suara yang bergemuruh menadakan terjadi benturan arus yang sama-sama kuat. Menurut catatan, pusaran air di bawah jembatan adalah pertemuan sungai Ci Gulung dari arah utara (arah belakang aku berdiri) dengan sungai Ci Kapundung yang datang dari arah timur (arah sebelah kiri aku berdiri)
Formasi batuan dinding Sesar Lembang yang keras diperkirakan telah menghalangi lahar letusan Gunung Tangkuban Perahu di masa purba mengalir ke arah selatan /Cekungan Bandung. Namun dinding batuan Sesar Lembang tersebut telah menghalangi aliran air di bawah permukaan tanah mengalir ke arah Cekuangan Bandung.
Sungai Ci Gulung dan Ci Kapundung merupakan sedikit sungai yang mampu menerobos Patahan Lembang. Menciptakan celah sempit di sekitar Maribaya, kedua sungai tersebut membentuk jalur sungai Ci Kapundung yang mengalir ke selatan dan menjadi sumber air baku yang sangat penting bagi Kota Bandung.
Selain sebagai sumber air bagi PLTA Dago Bengkok, Sungai Ci Kapundung menyatu dengan aliran sungai Ci Tarum di sekitar selatan kota Bandung, dan menjadi sumber air bagi tiga bendungan besar di Jawa Barat: Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Ketiganya menghasilkan listrik bagi jaringan listrik Jawa-Bali hingga lebih dari 4 miliar KWh/tahun dan mengairi lebih dari 200.ooo hektar sawah di Jawa Barat.
Tuh, kan.. jadi harusnya orang Bandung pernah kesini atuh.. itu air penting banget buat kehidupan kalian orang Bandung. Bukan cuma Bandung eh tapi juga Jawa dan Bali.
Disekitar curug Omas Maribaya ada juga jalur joging yang lumayan bikin capek. 

Di Puncak Patahan Lembang
Sekitar jam setengah lima aku, memutuskan untuk naik ke atas puncak Patahan Lembang yang berupa bukit batu. Untuk ke atas bukit itu, kita harus keluar dulu dari THR Juanda. Itu saran dari akang pengojek yang sekaligus yang mengantarkanku sampe ke atas. Setelah mengambil tas yang lumayan berangkat, aku duduk manis di belakang ojek yang terus naik ke atas bukit ke arah puncak Patahan Lembang.
Pemandangan dari salah satu bukit batu Patahan Lembang
Walaupun keberadaan Patahan Lembang menyimpan sejarah yang menyimpan potensi gempa bagi masyarakat Bandung namun ternyata banyak masyarakat Bandung yang tidak mengetahuinya. Padahal menurut penelitian, Patahan Lembang ini masih aktif dan sewaktu-waktu masih dapat menyebabkan gempa besar.
Patahan Lembang merupakan retakan sepanjang 22 kilometer, melintang dari timur ke barat. Berawal di kaki Gunung Manglayang di sebelah timur dan berakhir sebelum kawasan perbukitan kapur Padalarang di bagian barat. Patahan itu tepat di antara Gunung Tangkubanparahu dan dataran Bandung sehingga membentuk dua blok, utara dan selatan.
Hawa sejuk cenderung dingin langsung menyerbu begitu motor yang aku tumpangi melintasi perkampungan Cibeurea (kata akang ojek sih, tau tuh kalau aku disesatkan)
Sesampainya di atas, akang membawa aku ke sebuah gundukan tanah yang ternyata merupakan bagian atas dari bukit batu yang tampak waktu dari Omas Maribaya. Dari sini sebenarnya dengan leluasa kita bisa melihat beberapa gunung yang mengelilingi Bandung, seperti gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Burangrang. Sayang suasana saat itu mendung dan kabut sehingga gunung-gunung hanya tampak bagian lerengnya saja.
Tiga anak kecil aku temui sedang merokok di balik salah satu batu. Haduh, mau ngerokok takut ketahuan sampai sembunyi di bawah batu yang terjal seperti ini. 

Jalan-Jalan di Bandung
Setelah ke atas puncak Patahan Lembang, aku turun kembali ke daerah Dago. Waktu masih jam lima sehingga aku memutuskan jalan kaki ke Gedung Sate, sekalian menikmati suasana kota Bandung. Di sepanjang jalan menuju gedung Sate, beberapa lokasi di pinggir jalan beberapa pedagang mulai menggelar dagangan. Pokoknya senjatanya Google Maps dan diaktifin GPS-nya. Alasanku berjalan kaki karena lagi-lagi waktu tanya angkot untuk sampai ke Gedung Sate ternyata tidak bisa sekali naik angkot harus berganti angkot. Wah alamat bisa kelamaan kalau naik angkot nih, mending jalan kaki.
View gedung sate bonus mahasiswa demo kenaikan BBM
Aku sampai di depan sebuah lapangan yang sedang ramai sekali karena sepertinya sedang ada pameran. Tanya ke orang ada kegiatan apa, ternyata bener sedang ada pembukaan pameran koperasi. 
Ternyata di Bandung banyakan orang muda-mudi dan sebagian orang dewasa membawa tas ransel di belakangnya, wah banyak temennya nih. Bedanya tas mereka kecil dan tampaknya tidak banyak tentengan (keliatan kempes gitu) sedangkan aku bawa tas gemuk kayak orang mau pindahan (namanya juga bekal cabut dari hotel jadi semua barang dibawa). Sementara di bagian depan terlihat kemacetan jalan karena sepertinya sedang ada demo. Waktu tanya dimana gedung sate-nya sama salah satu orang yang sedang nongkrong, ternyata gedung sate ya yang sedang di demo. Lah, kenapa demonya di gedung sate?? Ternyata oh ternyata gedung sate itu kantor gubernur hehehehe... (keliatan banget bego-nya).
Karena sedang ada demo, makanya jadi gak bisa masuk karena gerbang dikunci dan dijaga sama polisi dan security. Tau kan demo apaan? Itu tuh, demo BBM yang mau naik. Aku inget waktu dengan corong di mulut tuh mahasiswa bilang: "Kami bukan tidak kuat BBM naik, tapi kami tahu bahwa kenaikan BBM menyengsarakan masyarakat. Membuat masyarakat yang miskin semakin miskin dan lain-lain bla..blaa..blaaaaaaa...... " sampai mulutnya keluar busa (untung gak mati abis ngomong gitu) dan supaya seru pasti pakai acara bakar ban bekas (untungnya gak bakar stasiun SPBU ya). Yang aku heran, kok banyak banget wartawan yang meliput, bahkan kalau gak salah ada juga dua stasiun tivi yang ikut ngeliput padahal tuh yang demo gak sampai 20 orang juga. Tapi biar 20 orang mengatasnamakan gabungan mahasiswa Bandung (seharusnya kalau sedikit pake nama Liga Mahasiswa Bandung aja).
Jam setengah tujuh, aku bingung mau balik lewat mana. Lagian juga gak tau dimana ada travel. Karena angkot gak tau jurusan mana yang harus dinaiki dan males harus minta tolong temen. Akhirnya aku putusin mau jalan kaki lagi dari Gedung Sate kembali ke Pasteur. Kalau lihat pake Gmaps sih gak jauh gak sampai satu jengkal kok (ya iya lah, layar cuma 4,3 inchi hahahaha).
Setelah jalan lewat jalan Trunojoyo, aku mampir makan di daerah Balubur. Ternyata di Balubur, ada tempat untuk penjualan tiket travel Bandung-Jakarta. Sayangnya, travel untuk berangkat malem terakhir setengah 12 udah abis tinggal sisa yang jam 7 malem yang untung lagi telat jadi kemungkinan jam 8 malem baru jalan. Gak ada pilihan lain, akhirnya aku pilih travel jam segitu, tapi berharap semoga travelnya kena macet biar bisa tidur di travel, daripada tidur di emperan Jakarta.


33 komentar:

  1. Ih keren juga yaaa pemandangan dari bukit batu patahan. Bolak balik bandung tapi gw blm perna ketempat ituuuu .... #wajibdatang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaa... beruntung dong aku, sekalinya kesana diajak nyampe ke atas bukit batu patahan lembang... ayo mas, kalo bisa pagi ke sana katanya lebih mantap viewnya :D

      Hapus
  2. huebat rek,,,jalan-jalan terus,,,aku orang jabar belum pernah ke Maribaya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah beneran babe? Hehehe.. saya lebih dulu dong, tempatnya asyik lho babe.. apalagi kalau lagi longsor gini, medan jadi menantang hihihi

      Hapus
  3. goa jepang dan belanda lumayan buat uji nyali haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah ada yang pernah uji nyali disana ya? Bener tuh, asyik juga uji nyali disana, tapi kok perasaan nyaman2 aja tuh :D

      Hapus
  4. ini semua dijalani hanya dalam sehari, mas pasti punya time management yang sangat baik.kalau saya suka bnyak istirahat maklum faktor U hahahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha asli kaki pegel banget mbak, itu kan sambungan langsung dari jalan kaki muterin kota tua dan dermaga sunda kelapa sehari sebelumnya... niat mau bikin kaki bengkok nih :D

      Hapus
  5. waah... kecil di Bandung, saya belum pernah ke THR sama Patahan-nya.. bole lah dicoba! Nice story mas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum telat kok, ayo segera dikunjungi hahaha

      Hapus
  6. aku pengen ke bandung
    melihat taman hutan yang indah
    aku datang berkunjung
    berharat dapat senyum ramah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ke Sumba liat pasola
      Ke NTB naik rinjani
      Senyum cerah pasti ada
      Untuk yang datang dengan hati

      Hapus
  7. Bandung emang okey... gw biasanya lebih seneng nyicipin jajanan ala bandung... ke bandung yukkss... yukss... ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di Bandung pusat kulinernya di daerah mana? Kemarin cuma sehari itupun di kota Bandungnya cuma sebentar lebih banyak di hutan hahahaha......

      Hapus
  8. Bagus banget pemandangan alamnya :D ini blog fotografer ya? Keren keren banget fotonya.. ^^ Oya, udah saya follow blognya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih kunjungannya... kalo ini bukan blog fotografer tapi blog jalan-jalan, kalau blog yang fotografer aku taruh disini: http://baktiarfoto.blogspot.com/

      Hapus
  9. kalo main ke bandung dan butuh rental mobil atau Tur Bandung barangkali? NamiRent pastinya

    BalasHapus
  10. Wah, kren banget itu view nya. Ane jadiin referensi juga ah gan. Nice info ^^

    BalasHapus
  11. Wah, keren banget gan. Izin sedot gan buat jadi referensi ane kalau mampir ke Bandung nanti. Thx a lot gan ^^

    BalasHapus
  12. haduh padahal butuh rute angkot ke maribaya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iya maaf gak bisa kasih informasi itu kalo cara jalan kaki ke sana malah tahu :P

      Hapus
  13. Di hutan ini konon ada goa jepang yang bagus.. tapi sayang medannya sulit dicapai.. sudah pernah nemu, kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada, sebenarnya bisa dijangkau tapi kemarin banyak yang longsor termasuk jalan yang menuju gua jepang akhirnya cuma ke gua belanja yang ada trek kereta apinya...

      Hapus
  14. salah satu foto yang keren bagi saya yang Pemandangan dari salah satu bukit batu Patahan Lembang,, keren sob

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih belum tuntas eksplore kesana.. thanks dah mampir

      Hapus
  15. auw. ngeliat view bukit patahan lembang jadi pengen banget kesana. kira2 kalau sekarang masih bisa kesana gak yah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin sekarang udah diperbaiki jalannya tapi gak tau sih udah lama soalnya

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar anda disini. Untuk sementara komentar saya moderasi dulu karena banyak spam yang masuk. Terima kasih sudah berkunjung, salam MLAKU!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Lainnya